SEJARAH AC MILAN (1899 HINGGA 2011)
Awal
masa terbentuk
“Saremo
una squadra di diavoli. I nostri colori saranno il rosso come il fuoco e il
nero come la paura che incuteremo agli avversari! “
Klub ini
didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred
Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember
1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin
menjadi kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar pertamanya
sebagai jawara sepak bola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final
Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian pemain dari Italia dan para
pemain dari Swiss yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan Inggris dalam
skuad inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk
Internazionale.
Masa GreNoLi
Pada dekade
50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi
, yang terdiri atas Gunnar Gren , Gunnar Nordahl , dan Nils Liedholm .Ketiganya
merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan
sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang
bayangan (playmaker). Tim di masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain
berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo
Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta 5 Februari
1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.
Era Nereo Rocco
Milan kembali
memenangi musim 1961/1962. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco, pelatih
sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik catenaccio
(pertahanan gerendel/berlapis). Di dalam tim termasuk Gianni Rivera dan José
Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan
memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian dikenal sebagai Liga Champions
UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah
tim Italia memenangkan Piala Eropa.
Meskipun begitu, selama tahun
1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama karena perlawanan
berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya
di 1967/1968, berkat gol Pierino Prati, topskor Seri A di musim itu, Piala
Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua
gol dari Kurt Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua
(4-1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama,
setelah mengalahkan Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis
(3-0, 1-2).
Scudetto kesepuluh dan Seri B
Di tahun 1970,
Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala Winners kedua; namun,
tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang berarti mendapatkan
“bintang” untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat
bintang yang disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA,
kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972/1973 mereka
hampir memenangkan scudetto kesepulh, namun gagal karena hasil kalah menyakitkan
dari Hellas Verona F.C. di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu
sampai musim 1978/1979 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin
oleh Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya
meraih kemenangan tersebut.
Namun, hasil
terburuk datang kepada “Rossoneri”: setelah memenangkan musim 1979/1980, Milan
didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal
perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981, Milan dengan mudah menjuarai Seri B, dan
kembali ke Seri A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981/1982, Milan
terdegradasi kembali.
The Dream Team
Kedatangan Berlusconi
Setelah serentetan masalah
menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh
enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan
kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan,
Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank
Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga
membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni
Galli.
Era Sacchi
Sacchi memenangkan Seri A musim
1987-1988. Di 1988-1989, Milan memenangkan gelar Liga Champions ketiganya,
mempecundangi Steaua Bucuresti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental
kedua mengalahkan National de Medellin (1-0, gol tercipta di babak perpanjangan
waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim berikutnya,
mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990. Skuad kemenangan Eropa
mereka adalah:
Kiper : Giovanni Galli
Bek : Mauro Tassotti — Alessandro
Costacurta — Franco Baresi — Paolo Maldini
Gelandang : Angelo Colombo —
Frank Rijkaard — Carlo Ancelotti — Roberto Donadoni
Penyerang : Ruud Gullit — Marco
van Basten
Era Capello
Saat Sacchi
meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan
selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The
Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan
Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan
Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti
di gelandang, dan Dejan Savicevic, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain di
sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke Indonesia
dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal Persib Bandung. Pertandingan
yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 4 Juni 1994 itu
dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh
Dejan Savicevic (’17)(’18), Gianluigi Lentini (’26), Paolo Baldieri
(’27)(’48)(’58), Christian Antigori (’68), dan Stefano Desideri (’78).
Masa masa sulit (Tabarez ke
Terim)
1996-1997
Setelah kepergian Fabio Capello
pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan
keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam
beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa
lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan
mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri A, dipermalukan
oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan
membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar
Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-1997 di peringkat
kesebelas di Seri A.
1997-1998
Sacchi digantikan dengan Capello
di musim berikutnya. Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan
merekrut banyak pemain potensial seperti Kristen Ziege, Patrick Kluivert,
Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim
sebelumnya. Musim 1997-1998 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini
tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello
dipecat.
1998-1999
Dalam pencarian mereka untuk
seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni
adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-1998 pada peringkat
yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua
orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga
menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan
formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto
ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala,
Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini,
Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver
Bierhoff.
1999-2000
Meskipun sukses di musim
sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan seperti The Dream
Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy
Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA
1999-2000 ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya
memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan
mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah
tantangan bagi dua pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
2000-2001
Pada musim berikutnya, Milan
memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-2001 setelah mengalahkan Dinamo
Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi,
mengalahkan Besiktas JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada
waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick
Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan
sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan),
terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam
Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali.
Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari Spanyol di
pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten
tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi
Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki
senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa
Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa
6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho membintangi
pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi
termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan
satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni. Terlepas
dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat
keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di tempat
keenam.
2001-2002
Milan memulai musim 2000-2001
dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno
dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA.
Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC
Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari Hellas
Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan
Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer,
menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di
klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal
memenuhi direksi harapan.
Era Ancelotti
Terim digantikan oleh Carlo
Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru.
Terlepas dari masalah cedera pemain belakang Paolo Maldini, Ancelotti berhasil
dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di
Liga Champions. Starting XI pada saat itu adalah Christian Abbiati; Cosmin
Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso,
Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo
Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim
2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti di Manchester,
Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga
Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus menempatkan penyerang Andriy
Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia, maka rossoneri-pun
semakin ditakuti.
Pasang surut 2006-2008
Pada musim kompetisi Liga Italia
Seri A 2006/2007, Milan terkait dengan skandal calciopoli yang mengakibatkan
klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun
begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak
bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola
yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan
menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun
menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun
silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan
torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain
terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang
mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena terbukti doping.
Musim 2007/2008, Milan terpaksa bermain di kompetisi Piala UEFA setelah hanya
berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin.
Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang 4-1 atas Udinese, tapi
di saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino dengan skor 1-0 yang
akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di
musim berikut (2008/2009), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya
Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta dan Ronaldinho yang
keduanya berasal dari Barcelona. Pada transfer paruh musim 2008/2009, Milan
mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari klub sepak bola Amerika
Serikat LA Galaxy.
Pasca-Ancelotti
Era Leonardo
Pada akhir musim 2008/2009,Milan
menempati peringkat ke-3 klasemen liga Serie A, dua peringkat di bawah rival
sekota, Internazionale yang meraih scudetto dan di bawah Juventus. Untuk
memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda
yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an, Leonardo untuk menggantikan
pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang “hijrah ke London”, tepatnya klub
Chelsea F.C.. Milan juga terpaksa melepas beberapa pemainnya, antara lain:
• Kaka,
pindah ke Real Madrid .Nilai transfernya ± 67 juta Euro
• Paolo
Maldini, bek legendaris Milan ini memutuskan untuk pensiun
• Yoann
Gourcuff, memutuskan untuk tetap di Bordeaux.
Masalah terbesar yang mengganjal
transfer para pemain tersebut adalah pihak Milan yang selalu berpikir dua kali
untuk mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain. Pada bulan Juli dan
Agustus 2009, Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu Oguchi Onyewu yang
merupakan seorang mantan bek Standard Liège dengan status bebas transfer dan
Klaas-Jan Huntelaar eks striker Real Madrid dengan nilai kontrak 14,7 juta
Euro. Namun hasil yang di dapatkan Milan pada turnamen pra-musim banyak menuai
kekecewaan, pemain anyar yang diturunkan oleh Milan pada saat tur pra-musim
hanya Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung bulan Agustus.
Musim 2009/2010 diawali Milan
dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula ketika Milan meraih hasil imbang 2-2
melawan Los Angeles Galaxy, seterusnya, Milan terus menuai hasil negatif. Milan
terperosok di ajang World Football Challange 2009. Di ajang Audi Cup, Milan
juga kalah oleh Bayern Munich dengan skor 1-4. Bahkan, ketika menghadapi derby
30 Agustus 2009 melawan Internazionale di San Siro, Milan kalah memalukan
dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di San
Siro.
Pertengahan Oktober 2009,
penilaian berbagai pihak tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya
berada di titik terendah akibat serentetan performa buruk, mulai terdongkrak
dengan berhasilnya Leonardo memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San
Siro[3]. Setelah kemenangan itu, Milan juga menuai hasil positif di Stadion
Santiago Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2[4]. Dan
setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan atas Chievo Verona di Stadio
Marc’Antonio Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan.
Pada 1 November 2009, Milan mengalahkan Parma F.C. di San Siro 2-0[5] sekaligus
mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions
terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus F.C. dari Cagliari
membuat Milan berada di posisi runner-up di bawah Internazionale; karena,
beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan pertandingannya
dengan Catania, 2-0[6].
Memasuki bagian akhir musim Serie
A April 2010, Milan yang tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4
poin dari peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan
peringkat kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali
berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo dengan skor 3-1. Dengan
kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini pupus. Pada
pertandingan di giornata terakhir Seri A 2009/2010 antara Milan melawan
Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro[7],
sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri, dan mengumumkan bahwa
ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan.[8] Sejak mundurnya Leonardo,
banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru Milan, tetapi pada 25
Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan untuk memilih
Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.
Era Allegri
Musim 2010/2011, Milan dipimpin
oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari sponsor
(bwin.com digantikan Emirates), hingga lini pemain. Di akhir bursa transfer,
secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C. Barcelona
(dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan Robinho
dari Manchester City.
No comments:
Post a Comment