Dahulu, di daerah Baghdad, timur tengah, ada seorang pemuda bernama Sinbad yang
kerjanya memanggul barang-barang yang berat dengan upah yang sedikit, sehingga
hidupnya tergolong miskin. Suatu hari, Sinbad beristirahat di depan pintu rumah
saudagar kaya karena sangat lelah dan kepanasan. Sambil istirahat, ia
menyanyikan lagu. "Namaku Sinbad, hidupku sangat malang, berapapun aku
bekerja dengan memanggul beban di punggung tetaplah penderitaan yang
kurasakan." Tak berapa lama muncul pelayan rumah itu, menyuruh Sinbad
masuk karena dipanggil tuannya.
"Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan".
"Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar. Ia pun mulai bercerita,
"Dulu aku seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat sedih
karena kau berpikir hanya kamu sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga
buruk, orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan
menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin aku bertekad menjadi seorang
pelaut. Aku menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan
seisinya. Karena sudah lama tidak
menemui daratan, ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan kapal.
Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka membakar daging dan
ikan. Tiba-tiba , permukaan tanah bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para
pelaut berjatuhan ke laut. Begitu jatuh ke laut, aku sempat melihat ke pulau
itu, ternyata pulau tersebut, berada di atas badan ikan paus. Karena ikan paus
itu sudah lama tak bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, mirip seperti
pulau. Mungkin karena panas dari api unggun, ia mulai bergerak liar.
Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga
tenggelam. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong,
hingga aku pun terapung-apung di laut. Beberapa hari kemudian, aku berhasil
sampai ke daratan. Aku haus, disana ada pohon kelapa. Kemudian aku memanjatnya
dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba aku melihat ada sebutir telur
yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu, tiba-tiba dari arah
langit, terdengar suara yang menakutkan disertai suara kepakan saya yang
mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar.
Setelah sampai disarangnya, burung naga itu tertidur sambil
mengerami telurnya. Sinbad menyelinap dikaki burung itu, dan mengikat erat
badannya di kaki burung naga dengan kainnya. "Kalau ia bangun, pasti ia
langsung terbang dan pergi ke tempat di mana manusia tinggal." Benar,
esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati pegunungan dan
akhirnya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat yang dalam di
ujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan
bersembunyi di balik batu. Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad
tertegun, melihat disekelilingnya banyak berlian.
Pada saat itu,
"Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar.
Di gundukan daging itu menempel banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk
mengambil berlian, manusia sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya
akan diambil oleh burung naga dengan berlian yang sudah menempel didaging itu.
Sinbad mempunyai ide. Ia segera mengikatkan dirinya ke gundukan daging. Tak
berapa lama burung naga datang dan mengambil gundukan daging, lalu terbang dari
dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang! Terdengar suara gong dan suling
yang bergema. Burung naga yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan
cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang datang untuk mengambil berlian,
terkejut ketika melihat Sinbad.
Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Kemudian
orang-orang pengambil berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke
negaranya. Sinbad menjual berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang
besar dengan awak kapal yang banyak. Ia berangkat berlayar sambil melakukan
perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad dirampok oleh para perompak. Kemudian
Sinbad dijadikan budak yang akhirnya dijual kepada seorang pemburu gajah.
"Apakah kau bisa memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang pemburu memberi
Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini
adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka datang lalu bunuh
gajah itu". "Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.
Esok pagi, datang
gerombolan gajah. Saat itu pemimpin gajah melihat Sinbad dan langsung menyerang
pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan gajah. Gajah itu
kemudian menggulung Sinbad dengan belalainya yang panjang. Sinbad mengira ia
pasti akan dibunuh atau di banting ke tanah. Ternyata, gajah itu membawa Sinbad
dengan kelompok mereka ke sebuah gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah air
terjun besar. Dengan membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam air terjun menuju
ke sebuah gua. "Ku..kuburan gajah!" Sinbad terperanjat. Di gua yang
luas bertumpuk tulang dan gading gajah. Pemimpin gajah berkata,"kalau kau
ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya, berhentilah membunuh
kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia pulang
dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat tuannya
tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memberikan Sinbad
uang.
"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang
sudah menjadi saudagar kaya. "Aku bisa menjadi orang kaya, karena kerja
keras dengan uang itu. Jangan putus asa, sampai kapanpun, apalagi jika kita
masih muda," lanjut sang saudagar.
No comments:
Post a Comment